Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi cahaya matahari untuk menghasilkan energi listrik. Indonesia merupakan negara tropis sehingga sinar matahari mudah didapatkan, dimana matahari tersebut menyinari Indonesia hampir sepanjang tahun. Matahari merupakan sumber energi yang ketersediaannya melimpah dan tidak terbatas sehingga bisa digunakan secara terus-menerus.
Energi matahari telah dimanfaatkan sejak abad ke-7 sebelum masehi. Pada tahun 1839, tenaga listrik yang berasal dari energi matahari pertama kali ditemukan oleh ahli Fisika asal Prancis bernama Alexandre - Edmund Becquerel. Penemuan tersebut menjadi cikal bakal munculnya teknologi sel surya. Sel surya merupakan komponen penting dalam sistem PLTS yang berfungsi untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Sel surya terbuat dari bahan semikonduktor berupa multicrystalline silicon. Hal ini disebabkan karena penggunaan multicrystalline dinilai lebih efisien dan mampu menghasilkan listrik lebih besar daripada bahan amorphous silicon.
Pada tahun 1839, fisikawan Prancis bernama Alexandre Edmond Becquerel menciptakan sel surya yang dikenal sebagai sel fotovoltaik saat melakukan eksperimen dengan elektroda logam dan larutan asam. Dalam eksperimen tersebut, Edmond menemukan sebuah sel yang menghasilkan lebih banyak listrik ketika terkena cahaya.
Pada tahun 1883 setelah penemuan efek fotovoltaik, penemu asal Amerika bernama Charles Fritz menciptakan panel surya selenium pertama dan berhasil menghasilkan listrik. Selenium ditemukan menjadi fotovoltaik oleh Willoughby Smith. Hasil percobaan panel surya pertama belum memenuhi target dan tidak bisa digunakan sebagai sumber energi karena tingkat efisiensinya hanya 1% saja.
Pada tahun 1905, Albert Einstein mempublikasikan tulisan yang membahasa tentang photoelectric effect. yang secara resmi membuktikan proses bagaimana matahari menciptakan energi melalui sel surya.
Pada tahun 1954, sel surya photovoltaik silikon berdaya tinggi pertama kali dibuat oleh Gerald Pearson, Daryl Chapin dan Calvin Fuller seorang fisikawan di Bell Labs. Sel surya tersebut digunakan untuk meningkatkan efisiensi konversi energi dengan menggunakan silikon selenium. Bell Labs merupakan cabang dari Exxon Mobile, namun Exxon tetap bahan bakar fosil daripada sel surya.
Pada tahun 1976, modul silikon film tipis pertama kali diproduksi oleh Kyocera Corp untuk menyederhanakan proses manufaktur.
Pada tahun 2010 - 2018, awal pabrik memproduksi sel surya dalam jumlah besar. Perusahaan manufaktur China mulai membangun sel surya otomatis besar dan pabrik produksi modul surya yang selanjutnya mengurangi biaya modul hingga $0,70 / Watt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar