Salah satu cara agar sistem PLTS dapat bekerja dengan maksimal yaitu memilih solar charge controller yang tepat. Khususnya pada sistem PLTS off-grid dan hybrid, karena kedua sistem ini menggunakan baterai untuk menyimpan listrik. SCC digunakan untuk menghubungkan panel surya dengan baterai yang bertujuan untuk mencegah panel surya mengisi daya ke baterai secara berlebihan. Baterai termasuk komponen vital dengan harga yang cukup mahal sehingga perlu dilindungi sebaik mungkin. Jadi, SCC memiliki peran penting dalam mengatur pengiriman energi tenaga surya dari panel surya ke baterai. Berikut beberapa informasi yang diperlukan sebelum membeli Solar Charge Controller :
1. Daya watt yang dihasilkan panel surya
2. Tegangan baterai yang digunakan (12, 24 atau 48)
3. Gunakan rumus ohm : ampere x volt = watt
Ada beberapa langkah yang harus Anda ikuti untuk memastikan bahwa Anda mendapatkan solar charge controller yang tepat untuk sistem PLTS. Berikut ini cara memilih solar charge controller yang perlu diketahui sebelum membelinya :
1. Hitung Arus SCC
Untuk mengetahui besar arus SCC yang diperlukan, cukup membagi watt beban panel surya dengan peringkat tegangan baterai. Besar daya 1.500 Watt di dapat dari perhitungan pada artikel sebelumnya tentang Cara Menghitung Kebutuhan Daya PLTS Atap. Kemudian di bagi dengan besar tegangan baterai yang jadi tujuan pengiriman listrik, misalnya 24V.
Misalnya panel surya menghasilkan daya 1.500 Watt dengan tegangan baterai yang digunakan untuk menyimpan listrik sebesar 24V, maka perhitungannya :
Jadi, Anda membutuhkan SCC yang mampu menghasilkan 62,5 A. Tetapi sebagian besar SCC yang dijual punya spesifikasi Ampere diantara 60, 80, dan 96.
Sehingga SCC yang Anda perlukan harus punya spesifikasi dengan peringkat yang lebih tinggi daripada 62,5 A yaitu 80 A. Hal berikutnya yang harus Anda pastikan adalah SCC tidak menerima listrik melebihi tegangan input yang dapat diambil.
2. Pilih PWM atau MPPT
Solar charge controller ada dua jenis, yaitu PWM dan MPPT. PWM (Pulse-Width Modulation) jauh lebih ekonomis dibandingkan MPPT (Maximum Power Point Tracking). Namun, SCC PWM memiliki kerugian pengiriman daya yang besar, bahkan sampai 60% daya bisa hilang selama konversi. Hal ini disebabkan keterbatasan SCC PWM yang tidak dapat mengoptimalkan tegangan yang masuk ke baterai.
Keterbatasan tersebut menyebabkan PWM tidak dapat dipakai secara maksimal pada sistem PLTS besar. PWM lebih sesuai untuk sistem yang lebih kecil. Sedangkan MPPT bisa lebih efektif mengoptimalkan tegangan yang berasal dari panel surya. Sehingga energi yang dihasilkan oleh panel surya dapat ditransfer ke bank baterai dengan kecepatan maksimum. SCC MPPT memiliki efisiensi 93% -97% saat mengonversi daya, artinya MPTT bsia memberi daya 30% lebih banyak daripada PWM.
MPTT dapat memproses dan secara otomatis menyesuaikan ke titik daya puncak dengan cepat untuk mencapai hasil yang optimal. MPPT sebenarnya lebih disarankan untuk digunakan meski harganya sedikit lebih mahal, tapi punya kemampuan konversi yang lebih efisien dibanding PWM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar